Senin, 13 September 2010

Telah Ditemukan Kerangka Seorang Dukun, Berumur 12.000 Tahun



Ditemukan sebuah kuburan di Israel yang diidentifikasi sebagai kuburan dukun kuno. Jauh hari sebelumnya tampaknya hal ini tidak mungkin, tetapi itulah yang telah ditemukan baru-baru ini di Israel. Arkeolog menemukan kerangka manusia berumur 12.000 tahun, diyakini seorang dukun perempuan yang berasal dari Budaya Timur Dekat Natufian 15.000 hingga 11.500 SM.
Dalam makam misterius ini juga terdapat 50 cangkang kura-kura lengkap, panggul macan tutul, ujung sayap elang emas, ekor sapi, tengkorak dan dua kaki manusia. Lengan bawah seekor babi hutan yang besar itu sesuai dengan humerus kiri wanita itu, pengaturan yang pasti punya arti magis. Semua binatang ini jarang didapat di kuburan Natufian dan kumpulan tengkorak ini sangat tidak biasa alias fakta unik. Hanya dukun sebagai manusia misterius saja yang mempunyai peralatan seperti ini. Kura-kura darat dan kerang dimasukkan ke dalam kubur, mungkin makanan ini merupakan bagian dari upacara penguburan. Bagian ini masih merupakan misteri manusia.
Penguburan itu sendiri hanya dapat dijelaskan bahwa seorang dukun yang dikubur di makamnya dengan binatang marga totem dan juga binatang totem pribadi yang memberikan pengertian dan memberikan kekuatan penyembuhan. Tubuh dukun ditempatkan dalam posisi yang tidak biasa, dan batu-batuan menutupi kepalanya, panggul dan lengan. orangnya mungkin telah berusaha untuk melindungi tubuh terhadap pemulung hewan dan juga tetap ingin tinggal di gua dan di antara hewan magis miliknya
Dukun misterius ini memiliki cacat tulang belakang dan akan berjalan dengan pincang, menyeret kakinya. Menimbang bahwa rata-rata harapan hidup seorang Natufian sekitar 30 tahun, Sybil kuno ini sangat tua untuk ukuran waktu itu. Dia pasti merawat diri, dan kasih sayang dalam rangka mencapai kehidupan yang panjang.
Di sini, kita memiliki contoh langka, sejarah nyata seorang ‘perempuan kuno yang bijaksana’, seseorang yang menggunakan kekuatan besar untuk menyembuhkan orang sakit dari bangsanya. Dan karena dia melakukannya, dia dihormati dan dilindungi oleh kaum wanita, bahkan dalam kematian, penguburan dengan hormat, cocok untuk pemimpin waktu itu.

Great Sphinx of Giza Dari Kerajaan Mesir Kuno


Great Sphinx of Giza berada dibagian barat pekuburan Giza Kairo. Daerah ini adalah dataran tinggi yang terdapat tiga piramida besar dari Khufu, Khafra, dan Menkaura, bersama-sama dengan Sphinx dan beberapa piramida yang lebih kecil, kuil, dan makam. Struktur Giza dibangun oleh raja-raja Dinasti IV pada puncak Kerajaan Lama. (Para ahli membagi peradaban Mesir kuno menjadi;
  1. Periode Predinastik (sepuluh abad sebelum 3050 SM),
  2. yang kuno atau Dinasti Awal (3050-2575 SM),
  3. Kerajaan Lama (2575-2150 SM),
  4. Kerajaan Tengah (2040-1783 SM),
  5. Kerajaan Baru (1550-1070 SM),
  6. dan Akhir Dinasti (1070-332 SM).
Sphinx adalah keajaiban dunia patung batu yang tertua dan terpanjang dari Kerajaan Lama. Selama dinasti kedelapan belas, itu disebut “Horus of Horizon” dan “Horus of Necropolis”, dewa matahari itu berdiri di atas cakrawala.
Di kemudian waktu, banyak gambar sphinx diukir dalam ukuran yang lebih kecil atau dalam akting cemerlang dengan wajah para penguasa memerintah. Wajah Sphinx besar diyakini dari Chephren, para firaun dinasti keempat yang membangun piramida kedua terbesar di Giza. Dalam citra Sphinx, firaun itu dilihat sebagai dewa yang kuat.
Diukir dari sebuah tonjolan batu kapur alami, tinggi Sphinx 19,8 meter (65 kaki) dan panjang 73,2 meter. Hal ini terletak tidak jauh dari Great Pyramid.
Tubuh utama duduk sepanjang sumbu timur-barat menghadap ke timur. Sebuah lampiran mengelilingi lantai terbuka monumen, agak menyempit di ujung barat kembali. Ada rak sepanjang dinding belakang barat sedikit lebih tinggi dari sisa lantai kandang, blok besar dan kecil kapur keras, diterapkan pada waktu yang berbeda di masa lalu, membentuk pelindung atau menghadap keatas dari bagian bawah monumen.

Victoria Falls, Keajaiban Dunia


Victoria Falls disebut “Mosi-oa-Tunya” oleh masyarakat setempat atau asap yang bergemuruh, dan merupakan salah satu keajaiban alam yang paling spektakuler di dunia. Dengan luas 1708 meter, air terjun ini menjadi dalam tirai air terbesar di dunia. Air terjun ini terletak di Afrika bagian selatan di Sungai Zambezi antara negara Zambia dan Zimbabwe. Ia menawarkan menjadi air terjun terbesar di dunia yang paling tidak biasa dalam bentuk, paling beragam dimana Anda mudah melihat satwa liar dari situs air terjun utama.
Dua kota yang merupakan bagian dari Victoria Falls: di ujung timur itu, kota Victoria Falls di Zimbabwe terletak di tepi selatan Sungai Zambezi dan di 18km selatan kota, Victoria Falls Airport penerbangan internasional ke Johannesburg dan Namibia. Kota kedua, Livingstone di Zambia adalah kota bersejarah kolonial dan pusat pariwisata Victoria Falls kira-kira 10km selatan di Sungai Zambezi. Bandara ini memiliki penerbangan langsung ke Lusaka dan Johannesburg di Afrika Selatan.

Rahasia Di Balik Ramalan Bangsa Hopi


Suku Hopi bangsa Indian pernah meninggalkan konsep tentang asal-usul manusia, siklus kehidupan dan kehancuran peradabannya. Dalam batu nujum, mereka juga meramalkan beberapa peristiwa besar.

Suku Indian di daratan besar Amerika Utara bukanlah sebuah suku tunggal, tapi merupakan gabungan beberapa suku yang berbeda, bahasa dan sejarah kultur mempunyai kemiripan satu sama lainnya. Banyak yang berpendapat nenek moyang suku Indian dan orang kulit kuning di Asia sangat erat kaitannya. Banyak ramalan dan legenda beredar di kalangan rakyatnya, terutama suku Hopi, diibaratkan sebagai pencatat sejarah. Lewat cerita lisan yang turun-temurun dan cara lainnya seolah mereka buat notulensi tentang legenda-legenda kuno, salah satu adalah ramalan Hopi yang terkenal itu.

Suku Hopi adalah salah satu bangsa Indian kuno. Nenek moyang mereka berimigrasi dari Meksiko ke negara-bagian Arizona kira-kira lima hingga sepuluh ribu tahun lalu. Kini mereka hidup di negara bagian Arizona Utara di atas tanah lindung (Hopi Reservation). Arti sebenarnya dari Hopi adalah rakyat yang damai [people of peace]. Terdapat dua belas desa di daerah reservasi Hopi, sepuluh di antaranya berbaur dengan masyarakat umum.

Suku Hopi mempunyai tradisi dan kepercayaan lama, dalam setahun mereka mengadakan upacara keagamaan yang berbeda. Ramalan tentang asal-usul manusia, sejarah dan masa depan, mereka dapatkan dari nenek moyangnya secara turun-temurun. Di era tahun 1950-an ada yang menyebarluaskannya dalam bahasa Inggris, ramalannya tentang sejarah perang dunia I dan II sangat akurat.

Menurut suku Hopi, umat manusia telah berganti kebudayaan (peradaban) sebanyak 4 kali, dongengnya tentang asal-usul manusia mempunyai kemiripan dengan firman dalam Al-kitab. Garis besarnya begini: Dunia ini sebenarnya hanyalah sebuah ruang tak terbatas, tak mempunyai ujung dan pangkal, waktu juga suatu kehidupan. Mulanya Taiowo the Creator (Sang Mahapencipta) menciptakan Sotuknang (dewa yang juga kemenakan Taiowo), atas bimbingan Sang Mahapencipta ia menciptakan zat padat, tujuh alam semesta, air dan udara. Setelah itu diciptakan pula spider woman, dan empat rumpun bangsa berbeda warna kulitnya (kuning, merah, putih, hitam) dari tanah liat. Dianugerahinya akal budi, kemampuan beregenerasi (beranak-pinak) serta berbahasa yang berbeda-beda, membiarkan mereka hijrah ke arah yang berbeda-beda untuk hidup. Kata Sotuknang pada mereka: "Semua saya berikan agar kalian hidup bahagia, tetapi ada satu permintaanku adalah: Sampai kapan pun kalian harus menghormati Sang Mahapencipta, menghormati belas kasih Sang Mahapencipta, selama hayat masih dikandung badan, kalian jangan lupakan titahku ini." Mereka ini disebut "manusia pertama" (The First People), dunia tempat mereka tinggal disebut Dunia Pertama (The First World).

Belakangan, banyak orang dari manusia pertama itu melupakan titah dari Sotuknang dan tidak lagi menghormati Sang Mahapencipta. Dengan demikian, Dunia Pertama akhirnya musnah dilalap api besar. Sebagian orang yang bermoral tinggi masuk dalam Dunia Kedua (The Second World). Sekalipun Dunia Kedua tak sebagus yang pertama, namun Dunia Kedua tetap indah. Di masa ini umat manusia berkembang dengan pesat dan berpencar ke empat penjuru, orang-orang sering memuja dan menyanjung Sang Pencipta.

Perlahan-lahan, rasa egoisme manusia semakin besar, mereka lupa memuja Sang Mahapencipta. Tak lama kemudian, Dunia Kedua telah dihancurleburkan oleh Sang Mahapencipta dengan cara membeku. Maka diciptakanlah Dunia Ketiga oleh-Nya. Sisa dari manusia Dunia Kedua masuk ke Dunia Ketiga dan berkembang biak.

Akhirnya akhlak manusia itu merosot lagi. Mereka manfaatkan kreativitasnya untuk melakukan hal-hal yang jahat. Sehingga menyebabkan Dunia Ketiga dihancurleburkan oleh air bah. Maka orang bernasib baik pun masuk ke Dunia Keempat (The Fourth World). Orang-orang yang bernasib baik inilah yang disebut peradaban manusia sekarang ini.
Penyebab utama tersisihnya peradaban manusia di masa lalu karena kebejatan umat manusia, bertambah egoistis serta tidak percaya petuah dari Mahadewa. Suku Hopi beranggapan bahwa air bah waktu itu hampir menghanyutkan seluruh umat manusia yang ada. Hanya beberapa minoritas yang percaya akan keberadaan-Nya itu bisa hidup selamat. Mahadewa menasihati mereka supaya berkeyakinan teguh terhadap petuah-Nya itu. Suku Hopi pernah membuat sebuah ikrar suci dengan Mahadewa mereka: "Kami bertindak sesuai dengan bimbingan-Mu untuk selama-lamanya. Khusus bagi suku Hopi, ajaran Tuhan itu adalah kekal abadi."

Berasal dari Sumber yang Sama

Kebudayaan Hopi dengan sumber sejarahnya mempunyai keterkaitan yang dalam. Bahkan pandangan yang berkaitan dengan tanah, air, api dan angin di masa itu dengan kurun waktu yang disampaikan penganut buddhisme tentang adanya empat unsur (tanah, air, angin dan api) itu jauh lebih awal dan dini, namun versi tentang manusia yang berasal dari warna kulit yang sama lebih-lebih melampaui pemahaman sejarah di zaman sekarang ini dan dengan persepsi yang ada pada agama umumnya. Paragraf di bawah ini berasal dari: Talk Given by Lee Brown in 1986 Continental Indigenous Council. Walau tercampur pengetahuan individu di dalamnya, tapi tetap dapat terbaca secara samar-samar maksud sebenarnya dari pandangan Hopi yang misterius itu. Sudah berapa lama sejarah bangsa Hopi di daratan Amerika Utara itu masih belum ada yang mengetahuinya, berdasarkan ramalan yang berasal dari ukiran batu itu dipastikan sejarahnya sudah ada 50.000 tahun lamanya, tentu saja cara pemastian dari karbon 14 itu tidak dapat diandalkan sepenuhnya. Silakan lihat terjemahan di bawah ini:

"Zat mineral, batu karang itu ada satu sirkulasi periodik, demikian pun flora. Namun sekarang ini kita sedang berada pada akhir daripada siklus sirkulasi hewan dan sebuah permulaan dari siklus sirkulasi babak baru umat manusia".

"Ketika kita memasuki ke babak samsara pada umat manusia, untuk itu potensi lahiriah besar yang dimilikinya sejak lahir, akan lepas dan keluar bersama roh dan cahaya manusia itu sendiri. Akan tetapi kita sekarang ini sedang mendekati akhir dari samsara sirkulasi periodik hewan, seperti kita ketahui bahwa apa yang terjadi pada hewan di bumi ini".

"Pada waktu yang lama, di awal dari periodik sirkulasi ini, Mahadewa turun ke bumi dan mengumpulkan manusia untuk ke sebuah pulau yang telah tenggelam ke dasar laut, lalu bersabda pada manusia bahwa: Saya akan kurung kalian ke empat penjuru, serta menjadikan kulit mereka berubah menjadi empat warna secara berangsur serta akan diberikan beberapa bimbingan, maka kalian sebut sebagai amanah dan petunjuk Tuhan, dan ketika kalian bertemu lagi, maka harus dinikmati secara bersama-sama, sehingga dapat hidup harmonis di bumi ini, dan inilah awal dari peradaban umat manusia."

Selanjutnya Ia berkata, "Sirkulasi Anda semua kali ini akan diberikan dua batu prasasti di setiap rumpun bangsa di semua penjuru, dan jangan dicampakkannya, kalau tidak, umat manusia tidak saja akan mengalami kesulitan dan siksaan, tapi bola bumi ini akan binasa".

"Dia memberikan sebuah tugas kepada manusia yang ada di semua penjuru, dan disebut sebagai 'Sang Penjaga'."

"Terhadap orang Indian yang disebut juga ras berkulit merah itu diizinkan menjadi penjaga tanah, karena mereka harus meresapi pengetahuan di alam semesta ini. Flora berbuah dan tumbuh dari dalam tanah untuk memasok menjadi makanan manusia dan jamu yang berasal dari rumput itu digunakan untuk mengobati penyakit. Pengetahuan-pengetahuan ini dibagiratakan dengan saudara-saudara lainnya."

"Bagi orang kulit kuning yang di selatan itu, akan dijadikan penjaga angin, maka mereka akan pergi untuk memahami angkasa dan napasnya, serta dimanfaatkan untuk membantu majunya kultivasi dari Qigong itu sendiri, jadi pada saat itu mereka akan ikut menikmati semuanya ini."

"Bagi orang kulit hitam yang ada di Barat itu akan menjadi penjaga air, dan akan pergi belajar menjadi kepala maujudat dan inspirasi yang berasal dari air, mereka adalah yang paling hina sekaligus terkuat."

"Bagi orang kulit putih yang ada di utara, akan menjadi penjaga api. Kalau Anda ikut pergi melihat ke sana, maka akan ketemu api dari perbuatan-perbuatan penting mereka. Anda boleh mengatakan bahwa bola lampu itu ialah apinya orang kulit putih. Dalam mobil ada busi, demikian juga Anda dapat temukan api di dalam kereta api serta pesawat terbang. Api bisa terbakar dan berpindah-pindah, itulah sebabnya bangsa kulit putihlah yang pertama-tama hijrah di bumi ini, sehingga kita bergabung menjadi sebuah keluarga besar."

"Waktu yang amat panjang sudah berlalu, Yang Mahaesa membagikan dua keping batu prasasti kepada setiap orang, maka sebagai orang Indian kita menyimpannya di atas sebuah podium menjulang tinggi pada tanah reservasi suku bangsa Hopi di negara bagian Arizona."

Kisah Batu Nujum

Di sekitar Oraibi negara bagian Arizona, Amerika, ada sebongkah batu prasasti yang disebut dengan "Batu Nujum", isi yang terukir di atasnya berdasarkan perlambangan simbol yang dikuasainya dalam menyampaikan ramalan-ramalan kuno bangsa Hopi itu sendiri, konon riwayat sejarahnya sudah ada sepuluh ribu tahun lamanya. Mereka tidak menggunakan huruf atau tulisan, tapi dengan bahasa lisan secara turun-temurun. Oleh karena kurun waktunya yang sudah terlampau lama jadi tidak ada seorang pun yang sanggup menjelaskan secara autentik lingkaran yang pemancar cahaya digambar sebelah kiri serta simbol yang ada di tengahnya itu (mirip simbol Buddha Swastika). Malahan sementara presentasi yang berhubungan dengannya dibuang, hanya menjelaskan bagian tengahnya saja. Menurut temanku yang pernah kuliah di Washington University, jurusan psikologi, Sieto yang pernah belajar diagram semacam ini, dalam sekali pandang saja telah menunjuk orang dewasa yang terdapat di gambar sebelah kiri ini adalah Great-Sprite, jelas dampaknya itu. Mungkin dalam proses terjemahannya dari bahasa Indian ke Inggris itulah salah satu sebab tidak klopnya antara buku ramalan Hopi dengan data-data tertentu yang terdapat di internet dewasa ini, di samping kurun waktunya yang sudah lama sekali secara turun-temurun, sehingga termasuk orang Indian sendiri di zaman sekarang pun susah memahaminya, malah tidak percaya akan ramalan-ramalan ini.

Dalam ramalan ini terdapat dua garis horizontal, menunjukkan dua jalan perkembangan yang berbeda: Garis atas adalah simbol dari jalan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seimbang dari jiwa tak terkekang.

Ada tiga garis vertikal. Garis pertama ialah ramalan ini berawal. Sedangkan garis kedua menyatakan dalam waktu tertentu manusia akan memutuskan jalan pilihannya dan memilih jalan menuju spiritual atau ilmu pengetahuan. Di garis di bawahnya terdapat dua lingkaran dan menyimbolkan dua kali perang dunia. Sedangkan garis vertikal tebal ketiga sekaligus merupakan garis terakhir untuk menjatuhkan tempo waktu daripada pilihannya itu, yaitu hari ini. Jika alternatifnya pada jalan materi (ilmu pengetahuan), konsekuensinya akan menekuk sehingga binasa. Tapi sebaliknya jika pilihannya jatuh pada jiwa (spiritual), maka akan damai dan harmonis.

Penjelasan yang lain adalah: Orang dewasa di sebelah kirinya ialah The Great Sprite, mangkuk di sebelah kirinya menyatakan petuah bahwa ia akan meletakkan senjata pada suku Hopi, garis vertikal sebelah kanannya ialah perbandingan waktu dan terhitung mulai puluhan ribu tahun lalu, sedangkan titik sentuh pada Great-Sprite menunjukkan waktu akan kembalinya Sang Mahapencipta.

Jalan spiritual yang dirintis oleh Great-Sprite terbagi menjadi jalan natural sedikit sempit yang harmonis dan kontinyuitas, serta jalan agak lebar ialah prestasi teknologi kulit putih. Garis vertikal di atas tanda salib itu menyatakan kedatangan orang kulit putih dan ajaran kristusnya, sedangkan oval kecil di bawah salib mewakili sirkulasi daripada jiwa yang kekal dan berkesinambungan. (Menurut penulis semestinya lingkaran oval tersebut harus diartikan sebuah pembaharuan serta penyisihan jiwa, persisnya ialah penyisihan umat manusia atau air bah yang besar).

Empat orang anak kecil di atas garis atas merepresentasikan pertama; tiga dunia dulu dan sekarang. Maksud kedua menyatakan sebagian orang Hopi akan terpikat oleh peradaban lahir dari kulit putih sehingga menelusuri jalannya pula.

The Road of Sprite pada garis bawah ini terdapat dua lingkaran sekaligus diartikan "Tangan Great-Sprite sedang menggoncang dunia" (perang dunia pertama dan kedua). Tanda Swastika dalam matahari sebelah kiri gambar (mirip tanda buddhisme kuno namun, simbol Nazi itu terbalik arahnya dan memakai warna hitam sedangkan Buddha berwarna kuning). Gambar Celtic Cross paling kanan dalam gambar (konon simbol ini berwarna merah dan dipakai kaum Kristiani sedangkan kaum Nazi pun sama tapi dengan warna hitam), simbol dua asisten dari Pahana, dan Pahana adalah saudara berkulit putih sejati dari orang Indian, sementara ada artikel lain yang menulisnya sebagai Bahani yang berarti orangnya Baha, ini dalam bahasa Indian pun sama artinya, kalau dieja dalam dua bahasa Inggris yang bersumber dari satu bahasa yang sama.

Garis kasar ketiga menyatakan sebelum teknologi manusia menuju ke jalan berlika-liku dan berpeluang terakhir untuk kembali ke alam. Lingkaran kecil berikutnya ialah Great Purification seperti apa yang disebut orang Hopi tadi yakni masa sekarang ini. Setelah itu padi-padian akan tumbuh subur dan Great-Sprite pun akan kembali lagi ke bumi. Jalan sprite itu kekal abadi

Rabu, 08 September 2010

Piramida Mesir: Mahakarya Manusia Raksasa

Piramida raksasa Mesir merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia saat ini, sejak dulu dipandang sebagai bangunan yang misterius dan megah oleh orang-orang. Namun, meskipun telah berlalu berapa tahun lamanya, setelah sarjana dan ahli menggunakan sejumlah besar alat peneliti yang akurat dan canggih, masih belum diketahui, siapakah sebenarnya yang telah membuat bangunan raksasa yang tinggi dan megah itu? Dan berasal dari kecerdasan manusia manakah prestasi yang tidak dapat dibayangkan di atas bangunan itu? Serta apa tujuannya membuat bangunan tersebut? Dan pada waktu itu ia memiliki kegunaan yang bagaimana atau apa artinya? Teka-teki yang terus berputar di dalam benak semua orang selama ribuan tahun, dari awal hingga akhir merupakan misteri yang tidak dapat dijelaskan. Meskipun sejarawan mengatakan ia didirikan pada tahun 2000 lebih SM, namun pendapat yang demikian malah tidak bisa menjelaskan kebimbangan yang diinisiasikan oleh sejumlah besar penemuan hasil penelitian.   Sejarah Mitos dan Temuan Arkeologi  Sejak abad ke-6 SM, Mesir merupakan tempat pelarian kerajaan Poshi, yang kehilangan kedudukannya setelah berdiri lebih dari 2.000 tahun, menerima kekuasaan yang berasal dari luar yaitu kerajaan Yunani, Roma, kerajaan Islam serta kekuasaan bangsa lain. Semasa itu sejumlah besar karya terkenal zaman Firaun dihancurkan, aksara dan kepercayaan agama bangsa Mesir sendiri secara berangsur-angsur digantikan oleh budaya lain, sehingga kebudayaan Mesir kuno menjadi surut dan hancur, generasi belakangan juga kehilangan sejumlah besar peninggalan yang dapat menguraikan petunjuk yang ditinggalkan oleh para pendahulu.   Tahun 450 SM, setelah seorang sejarawan Yunani berkeliling dan tiba di Mesir, membubuhkan tulisan: Cheops, (aksara Yunani Khufu), konon katanya, hancur setelah 50 tahun. Dalam batas tertentu sejarawan Yunani tersebut menggunakan kalimat "konon katanya", maksudnya bahwa kebenarannya perlu dibuktikan lagi. Namun, sejak itu pendapat sejarawan Yunani tersebut malah menjadi kutipan generasi belakangan sebagai bukti penting bahwa piramida didirikan pada dinasti kerajaan ke-4.  Selama ini, para sejarawan menganggap bahwa piramida adalah makam raja. Dengan demikian, begitu membicarakan piramida, yang terbayang dalam benak secara tanpa disadari adalah perhiasan dan barang-barang yang gemerlap. Dan, pada tahun 820 M, ketika gubernur jenderal Islam Kairo yaitu Khalifah Al-Ma'mun memimpin pasukan, pertama kali menggali jalan rahasia dan masuk ke piramida, dan ketika dengan tidak sabar masuk ke ruangan, pemandangan yang terlihat malah membuatnya sangat kecewa. Bukan saja tidak ada satu pun benda yang biasanya dikubur bersama mayat, seperti mutiara, maupun ukiran, bahkan sekeping serpihan pecah belah pun tidak ada, yang ada hanya sebuah peti batu kosong yang tidak ada penutupnya. Sedangkan tembok pun hanya bidang yang bersih kosong, juga tak ada sedikit pun ukiran tulisan.   Kesimpulan para sejarawan terhadap prestasi pertama kali memasuki piramida ini adalah "mengalami perampokan benda-benda dalam makam". Namun, hasil penyelidikan nyata menunjukkan, kemungkinan pencuri makam masuk ke piramida melalui jalan lainnya adalah sangat kecil sekali. Di bawah kondisi biasa, pencuri makam juga tidak mungkin dapat mencuri tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, dan lebih tidak mungkin lagi menghapus seluruh prasasti Firaun yang dilukiskan di atas tembok. Dibanding dengan makam-makam lain yang umumnya dipenuhi perhiasan-perhiasan dan harta karun yang berlimpah ruah, piramida raksasa yang dibangun untuk memperingati keagungan raja Firaun menjadi sangat berbeda.  Selain itu, dalam catatan "Inventory Stela" yang disimpan di dalam museum Kairo, pernah disinggung bahwa piramida telah ada sejak awal sebelum Khufu meneruskan takhta kerajaan. Namun, oleh karena catatan pada batu prasasti tersebut secara keras menantang pandangan tradisional, terdapat masalah antara hasil penelitian para ahli dan cara penulisan pada buku, selanjutnya secara keras mengecam nilai penelitiannya. Sebenarnya dalam keterbatasan catatan sejarah yang bisa diperoleh, jika karena pandangan tertentu lalu mengesampingkan sebagian bukti sejarah, tanpa disadari telah menghambat kita secara obyektif dalam memandang kedudukan sejarah yang sebenarnya.   Teknik Bangunan yang Luar Biasa    Di Mesir, terdapat begitu banyak piramida berbagai macam ukuran, standarnya bukan saja jauh lebih kecil, strukturnya pun kasar. Di antaranya piramida yang didirikan pada masa kerajaan ke-5 dan 6, banyak yang sudah rusak dan hancur, menjadi timbunan puing, seperti misalnya piramida Raja Menkaure seperti pada gambar. Kemudian, piramida besar yang dibangun pada masa yang lebih awal, dalam sebuah gempa bumi dahsyat pada abad ke-13, di mana sebagian batu ditembok sebelah luar telah hancur, namun karena bagian dalam ditunjang oleh tembok penyangga, sehingga seluruh strukturnya tetap sangat kuat. Karenanya, ketika membangun piramida raksasa, bukan hanya secara sederhana menyusun 3 juta batu menjadi bentuk kerucut, jika terdapat kekurangan pada rancangan konstruksi yang khusus ini, sebagian saja yang rusak, maka bisa mengakibatkan seluruhnya ambruk karena beratnya beban yang ditopang.   Lagi pula, bagaimanakah proyek bangunan piramida raksasa itu dikerjakan, tetap merupakan topik yang membuat pusing para sarjana. Selain mempertimbangkan sejumlah besar batu dan tenaga yang diperlukan, faktor terpenting adalah titik puncak piramida harus berada di bidang dasar tepat di titik tengah 4 sudut atas. Karena jika ke-4 sudutnya miring dan sedikit menyimpang, maka ketika menutup titik puncak tidak mungkin menyatu di satu titik, berarti proyek bangunan ini dinyatakan gagal. Karenanya, merupakan suatu poin yang amat penting, bagaimanakah meletakkan sejumlah 2,3 juta -2,6 juta buah batu besar yang setiap batunya berbobot 2,5 ton dari permukaan tanah hingga setinggi lebih dari seratus meter di angkasa dan dipasang dari awal sampai akhir pada posisi yang tepat.   Seperti yang dikatakan oleh pengarang Graham Hancock dalam karangannya "Sidik Jari Tuhan": Di tempat yang terhuyung-huyung ini, di satu sisi harus menjaga keseimbangan tubuh, dan sisi lainnya harus memindahkan satu demi satu batu yang paling tidak beratnya 2 kali lipat mobil kecil ke atas, diangkut ke tempat yang tepat, dan mengarah tepat pada tempatnya, entah apa yang ada dalam pikiran pekerja-pekerja pengangkut batu tersebut. Meskipun ilmu pengetahuan modern telah memperkirakan berbagai macam cara dan tenaga yang memungkinkan untuk membangun, namun jika dipertimbangkan lagi kondisi riilnya, akan kita temukan bahwa orang-orang tersebut tentunya memiliki kemampuan atau kekuatan fisik yang melebihi manusia biasa, baru bisa menyelesaikan proyek raksasa tersebut serta memastikan keakuratan maupun ketepatan presisinya. Terhadap hal ini, Jean Francois Champollion yang mendapat sebutan sebagai "Bapak Pengetahuan Mesir Kuno Modern" memperkirakan bahwa orang yang mendirikan piramida berbeda dengan manusia sekarang, paling tidak dalam "pemikiran mereka mempunyai tinggi tubuh 100 kaki yang tingginya sama seperti manusia raksasa". Ia berpendapat, dilihat dari sisi pembuatan piramida, itu adalah hasil karya manusia raksasa.   Senada dengan itu, Master Li Hongzhi dalam ceramahnya pada keliling Amerika Utara tahun 2002 juga pernah menyinggung kemungkinan itu. "Manusia tidak dapat memahami bagaimana piramida dibuat. Batu yang begitu besar bagaimana manusia mengangkutnya? Beberapa orang manusia raksasa yang tingginya lima meter mengangkut sesuatu, itu dengan manusia sekarang memindahkan sebuah batu besar adalah sama. Untuk membangun piramida itu, manusia setinggi lima meter sama seperti kita sekarang membangun sebuah gedung besar."  Pemikiran demikian mau tidak mau membuat kita membayangkan, bahwa piramida raksasa dan sejumlah besar bangunan batu raksasa kuno yang ditemukan di berbagai penjuru dunia telah mendatangkan keraguan yang sama kepada semua orang: tinggi besar dan megah, terbentuk dengan menggunakan susunan batu yang sangat besar, bahkan penyusunannya sangat sempurna. Seperti misalnya, di pinggiran kota utara Mexico ada Kastil Sacsahuaman yang disusun dengan batu raksasa yang beratnya melebihi 100 ton lebih, di antaranya ada sebuah batu raksasa yang tingginya mencapai 28 kaki, diperkirakan beratnya mencapai 360 ton (setara dengan 500 buah mobil keluarga). Dan di dataran barat daya Inggris terdapat formasi batu raksasa, dikelilingi puluhan batu raksasa dan membentuk sebuah bundaran besar, di antara beberapa batu tingginya mencapai 6 meter. Sebenarnya, sekelompok manusia yang bagaimanakah mereka itu? Mengapa selalu menggunakan batu raksasa, dan tidak menggunakan batu yang ukurannya dalam jangkauan kemampuan kita untuk membangun?   Sphinx, singa bermuka manusia yang juga merupakan obyek penting dalam penelitian ilmuwan, tingginya 20 meter, panjang keseluruhan 73 meter, dianggap didirikan oleh kerjaan Firaun ke-4 yaitu Khafre. Namun, melalui bekas yang dimakan karat (erosi) pada permukaan badan Sphinx, ilmuwan memperkirakan bahwa masa pembuatannya mungkin lebih awal, paling tidak 10 ribu tahun silam sebelum Masehi.  Seorang sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa Piramida raksasa dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx dengan bangunan masa kerajaan ke-4 lainnya sama sekali berbeda, ia dibangun pada masa yang lebih purbakala dibanding masa kerajaan ke-4. Dalam bukunya "Ular Angkasa", John Washeth mengemukakan: perkembangan budaya Mesir mungkin bukan berasal dari daerah aliran sungai Nil, melainkan berasal dari budaya yang lebih awal dan hebat yang lebih kuno ribuan tahun dibanding Mesir kuno, warisan budaya yang diwariskan yang tidak diketahui oleh kita. Ini, selain alasan secara teknologi bangunan yang diuraikan sebelumnya, dan yang ditemukan di atas yaitu patung Sphinx sangat parah dimakan karat juga telah membuktikan hal ini. Ahli ilmu pasti Swalle Rubich dalam "Ilmu Pengetahuan Kudus" menunjukkan: pada tahun 11.000 SM, Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya yang hebat. Pada saat itu Sphinx telah ada, sebab bagian badan singa bermuka manusia itu, selain kepala, jelas sekali ada bekas erosi. Perkiraannya adalah pada sebuah banjir dahsyat tahun 11.000 SM dan hujan lebat yang silih berganti lalu mengakibatkan bekas erosi.   Perkiraan erosi lainnya pada Sphinx adalah air hujan dan angin. Washeth mengesampingkan dari kemungkinan air hujan, sebab selama 9.000 tahun di masa lalu dataran tinggi Jazirah, air hujan selalu tidak mencukupi, dan harus melacak kembali hingga tahun 10000 SM baru ada cuaca buruk yang demikian. Washeth juga mengesampingkan kemungkinan tererosi oleh angin, karena bangunan batu kapur lainnya pada masa kerajaan ke-4 malah tidak mengalami erosi yang sama. Tulisan berbentuk gajah dan prasasti yang ditinggalkan masa kerajaan kuno tidak ada sepotong batu pun yang mengalami erosi yang parah seperti yang terjadi pada Sphinx.  Profesor Universitas Boston, dan ahli dari segi batuan erosi Robert S. juga setuju dengan pandangan Washeth sekaligus menujukkan: Bahwa erosi yang dialami Sphinx, ada beberapa bagian yang kedalamannya mencapai 2 meter lebih, sehingga berliku-liku jika dipandang dari sudut luar, bagaikan gelombang, jelas sekali merupakan bekas setelah mengalami tiupan dan terpaan angin yang hebat selama ribuan tahun.  Washeth dan Robert S. juga menunjukkan: Teknologi bangsa Mesir kuno tidak mungkin dapat mengukir skala yang sedemikian besar di atas sebuah batu raksasa, produk seni yang tekniknya rumit.  Jika diamati secara keseluruhan, kita bisa menyimpulkan secara logis, bahwa pada masa purbakala, di atas tanah Mesir, pernah ada sebuah budaya yang sangat maju, namun karena adanya pergeseran lempengan bumi, daratan batu tenggelam di lautan, dan budaya yang sangat purba pada waktu itu akhirnya disingkirkan, meninggalkan piramida dan Sphinx dengan menggunakan teknologi bangunan yang sempurna.  Dalam jangka waktu yang panjang di dasar lautan, piramida raksasa dan Sphinx mengalami rendaman air dan pengikisan dalam waktu yang panjang, adalah penyebab langsung yang mengakibatkan erosi yang parah terhadap Sphinx. Karena bahan bangunan piramida raksasa Jazirah adalah hasil teknologi manusia yang tidak diketahui orang sekarang, kemampuan erosi tahan airnya jauh melampaui batu alam, sedangkan Sphinx terukir dengan keseluruhan batu alam, mungkin ini penyebab yang nyata piramida raksasa dikikis oleh air laut yang tidak tampak dari permukaan.  Keterangan gambar: Sphinx yang bertetangga dekat dengan piramida raksasa kelihatannya sangat kuno. Para ilmuwan memastikan bahwa dari badannya, saluran dan irigasi yang seperti dikikis air, ia pernah mengalami sebagian cuaca yang lembab, karenanya memperkirakan bahwa ia sangat berkemungkinan telah ada sebelum 10 ribu tahun silam